Namaku Rini, usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu
karyawati di BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku
memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning
langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin
menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik
ayahku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru
saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman
ayah itu bernama Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena
hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap
seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan,
wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya
berbeda agak jauh. Usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain
tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan dada yang
bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang
tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara.
Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku
untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama
5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya
adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari
pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah
istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada
order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon
kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan
waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau
monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan
siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata
kepadaku, “Rin… kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om
periksa beneran, mumpung gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran,
namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari
lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya
ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang
bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak
berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om
gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku,
sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah… kamu memang benar-benar cantik Rin…”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya
tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini
saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu
di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai
beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian
sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu
mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah… kulit kamu halus ya, Rin… kamu pasti rajin merawatnya”,
katanya.
Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om
Bayu. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan
Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku
diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut. Dan
lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh
sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om
Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal
itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih… baru kali
ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli,
bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan
usapannya. Dan aku kira… yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi
kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku.
“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.
Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak
terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih
mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan
celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih… Om kok celana dalam Rini dibuka…?”, kataku dengan gugup.
“Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rini tenang aja…”, katanya dengan
suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu
penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa
berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh
di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih
mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu
kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas
pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut
sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku
bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii… aku jadi merinding
rasanya.
“Ooomm…”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil
tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin
tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om
Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.
“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi
menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin
tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana
kemari.
“Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih, dunia
serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku
rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat
terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia
menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati
wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang
antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa
mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat,
kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut,
rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia
lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi
makin geli… apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga
aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku
dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi
semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah
permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah.
Dan eh… gila… tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu
tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya
berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan
kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di
atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit
kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi
kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan
lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut,
namun jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh
tubuhku. Namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati
habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan
menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana
kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin
menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan
kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi
usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas.
Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku…
nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.
Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana
kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi
rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi
seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara
pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Bayu
tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu
benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah
benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin
liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot
vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan.
Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin
kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia
membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu
tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia
menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya clitorisku.
“Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti
kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu
kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Bayu malah
menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan
terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.
“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin
keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat
menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot
clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh
tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan
kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan
keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak
menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan
vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas
sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang
baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak
bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan
oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke
sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya,
sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat
badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika
tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut
melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke
depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara
perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua
kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri
tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi
pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas
Om Bayu. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya
yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang
tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20
cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang
menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan
warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya
berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang
disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri,
sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan
tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap
saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang
lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku,
sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi
tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku
sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku
masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang
dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang
sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua
pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah
terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya
memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala
kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih
tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai
digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya
perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan
tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung.
Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan
rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan
mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin… nikmat kan…?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun
aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya
bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya
diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena
sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu
di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku.
Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang
besar menyentuh bibir kemaluanku. Aku merasa takut tapi kalah dengan
nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang
melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan
kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku
diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah
tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke
dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba
mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om
Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya
membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu
ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit
masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah,
dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang
vaginaku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu
akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan
olehnya. Sodokan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang
dan sedikit sakit. Seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam
lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala
penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa
lagi. Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang
mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh…
Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om
Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya
menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun
menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om
Bayu yang terasa membelah kemaluanku.
“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan…
diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om
Bayu, tapi sia-sia saja.
Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah
dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain
menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa
menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk
menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku. Tapi karena
tangan Om Bayu menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari
masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih
terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak
sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar
itu.
“Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok
saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya
senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu terasa besar dan mengganjal
rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai
ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai
tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga
penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan
menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan
hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya
serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan
lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap
meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika
sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas
tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku
menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang,
meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang
dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan
rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku
melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak
berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang
terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku, Om Bayu makin terangsang. Dengan ganasnya dia
mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh
batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat
lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku
tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat
itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam
lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku
beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit
aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om
Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit
tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm…
ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku.
Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah
tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat
mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua
spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami
tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu
sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih
berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan
tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku
yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang.
Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu
itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku
dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok
rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya
nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu,
tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana
kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti
kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu.
Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan
kenikmatan hubungan seks.
karyawati di BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku
memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning
langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin
menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik
ayahku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru
saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman
ayah itu bernama Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena
hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap
seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan,
wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya
berbeda agak jauh. Usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain
tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan dada yang
bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang
tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara.
Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku
untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama
5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya
adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari
pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah
istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada
order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon
kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan
waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau
monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan
siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata
kepadaku, “Rin… kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om
periksa beneran, mumpung gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran,
namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari
lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya
ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang
bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak
berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om
gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku,
sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah… kamu memang benar-benar cantik Rin…”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya
tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini
saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu
di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai
beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian
sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu
mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah… kulit kamu halus ya, Rin… kamu pasti rajin merawatnya”,
katanya.
Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om
Bayu. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan
Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku
diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut. Dan
lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh
sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om
Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal
itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih… baru kali
ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli,
bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan
usapannya. Dan aku kira… yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi
kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku.
“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.
Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak
terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih
mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan
celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih… Om kok celana dalam Rini dibuka…?”, kataku dengan gugup.
“Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rini tenang aja…”, katanya dengan
suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu
penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa
berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh
di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih
mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu
kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas
pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut
sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku
bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii… aku jadi merinding
rasanya.
“Ooomm…”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil
tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin
tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om
Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.
“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi
menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin
tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana
kemari.
“Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih, dunia
serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku
rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat
terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia
menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati
wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang
antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa
mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat,
kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut,
rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia
lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi
makin geli… apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga
aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku
dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi
semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah
permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah.
Dan eh… gila… tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu
tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya
berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan
kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di
atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit
kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi
kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan
lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut,
namun jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh
tubuhku. Namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati
habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan
menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana
kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin
menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan
kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi
usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas.
Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku…
nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.
Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana
kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi
rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi
seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara
pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Bayu
tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu
benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah
benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin
liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot
vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan.
Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin
kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia
membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu
tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia
menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya clitorisku.
“Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti
kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu
kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Bayu malah
menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan
terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.
“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin
keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat
menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot
clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh
tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan
kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan
keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak
menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan
vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas
sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang
baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak
bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan
oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke
sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya,
sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat
badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika
tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut
melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke
depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara
perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua
kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri
tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi
pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas
Om Bayu. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya
yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang
tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20
cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang
menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan
warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya
berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang
disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri,
sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan
kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan
tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap
saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang
lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku,
sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi
tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku
sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku
masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang
dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang
sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua
pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah
terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya
memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala
kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih
tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai
digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya
perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan
tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung.
Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan
rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan
mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin… nikmat kan…?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun
aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya
bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya
diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena
sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu
di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku.
Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang
besar menyentuh bibir kemaluanku. Aku merasa takut tapi kalah dengan
nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang
melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan
kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku
diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah
tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke
dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba
mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om
Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya
membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu
ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit
masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah,
dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang
vaginaku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu
akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan
olehnya. Sodokan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang
dan sedikit sakit. Seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam
lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala
penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa
lagi. Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang
mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh…
Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om
Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya
menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun
menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om
Bayu yang terasa membelah kemaluanku.
“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan…
diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om
Bayu, tapi sia-sia saja.
Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah
dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain
menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa
menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk
menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku. Tapi karena
tangan Om Bayu menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari
masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih
terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak
sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar
itu.
“Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok
saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya
senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu terasa besar dan mengganjal
rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai
ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai
tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga
penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan
menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan
hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya
serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan
lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap
meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika
sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas
tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku
menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang,
meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang
dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan
rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku
melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak
berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang
terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku, Om Bayu makin terangsang. Dengan ganasnya dia
mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh
batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat
lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku
tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat
itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam
lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku
beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit
aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om
Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit
tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm…
ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku.
Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah
tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat
mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua
spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami
tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu
sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih
berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan
tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku
yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang.
Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu
itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku
dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok
rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya
nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu,
tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana
kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti
kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu.
Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan
kenikmatan hubungan seks.